November 2011 memang sudah terlewat 3 bulan yang lalu tapi kenangan jalan-jalan ke Yogya masih lekat di ingatan. Suasananya, makanannya, sejarahnya dan obrolan ngalor ngidul sama teman-teman yang bareng kesana. Salah satu tujuan kalau kita pergi ke suatu daerah adalah makanannya. Sebelum berangkat ke Yogya saya menyempatkan diri untuk mencari info tempat makan yang khas atau terkenal disana. Dapat beberapa nama yaitu House of Raminten, Bale Raos dan Gadri Resto. Sebenarnya masih banyak tempat makan lainnya, tapi kita pilih yang searah rute tour kita. Bale Raos dan Gadri Resto menyajikan hidangan khas keraton dan menu-menu favorit para Sultan. Menimbang letaknya yang lebih dekat ke Keraton, akhirnya pilihan jatuh pada Gadri Resto. (House of Raminten di posting terpisah ya, masih nyari foto-fotonya nih).
Hari terakhir di Yogya, setelah berkunjung ke keraton. Kita makan siang di Gadri Resto. Agak kaget liat gerbangnya, ternyata nggak lebar-lebar amat kaya umumnya restoran. Wah ini sih kalo saya yang nyetir bisa bablas kelewat restonya.
Hari terakhir di Yogya, setelah berkunjung ke keraton. Kita makan siang di Gadri Resto. Agak kaget liat gerbangnya, ternyata nggak lebar-lebar amat kaya umumnya restoran. Wah ini sih kalo saya yang nyetir bisa bablas kelewat restonya.
Yang dijadikan tempat makan terletak diteras rumah sang empunya resto. Gadri Resto berdiri pada tahun 1984. Pendirinya adalah GBPH Joyokusumo yang merupakan adik kandung dari HB X. Namanya dicantumkan di depan buku menu. Resep-resep yang tersedia di Gadri Resto adalah hasil kumpulan resep turun-temurun Keraton yang dikumpulkan dan dibukukan oleh BRAy. Hj. Nuraida Joyokusumo, istri dari Gusti Joyokusumo. Inisiatif untuk mendirikan restoran ini untuk melestarikan resep-resep tradisional Jawa khususnya hidangan keraton.
Dalam daftar menunya tercantum hidangan mulai dari makanan utama, penutup dan berbagai minuman. Penulisan juga ada dalam bahasa Inggris, untuk mengakomodir turis mancanegara. Dari sekian banyak hidangan utama, saya memilih Nasi Blawong (Rp. 29 ribu) dan minumnya Bir Jawa dingin (Rp. 18 ribu). Nasi Blawong ini konon merupakan favoritnya HB VIII dan HB IX.
Sambil menunggu makanan disiapkan kami diantar berkeliling rumah sekaligus museum kecil ini. Ssstt yang punya rumah lagi ada, tapi dikamarnya. Ruang tamunya berfungsi untuk koleksi berbagai pernak-pernik Jawa antik. Juga ada kamar dengan tempat tidur yang dulunya dipakai oleh HB IX. Di halaman belakang ada seperangkat gamelan Kyai Kanjeng Retno Puspa.
Puas berkeliling, sekarang waktunya makan !...
--- Nasi Blawong ---
Nasi Blawong ini terdiri dari nasi yang dimasak pake bumbu, daging lombok kethok, ayam goreng, telur pindang goreng, kerupuk dan sambal. Asal mulanya jaman dulu nasi ini disajikan dalam piring lebar dari Belanda, yang orang sini bilangnya piring Blawong. Teman-teman saya ada yang memesan Nasi Punar, kalo di Jakarta macam nasi uduk lah. Nggak sempat difoto udah disikat ama yang punya.
--- Bir Jawa ---
Bir Jawa nya terasa asam segar dan pastinya nggak bikin mabok deh. Sebenarnya saya masih pengen makan dessert Manuk Nom, puding yang terbuat dari tape ketan hijau, telur dan susu lalu dikukus lalu disajikan dengan emping. Tapi berhubung sudah kenyang, apalagi menu-menunya agak pricey. Jadi batal deh, kapan-kapan kalo kesini lagi nyobain. Overall good !, ngerasain jamuan ala priyayi.
* Dimas,.makasih udah dibagi foto-fotonya *
Gadri Resto
JL. Rotowijayan no.5
sebelah barat Kraton Jogja.
Telp: +62274 – 373520
Fax: + 62274 – 380145
akhirnya dapat info nasi blawong yang langka di blog ini. saya pikir masakan langka itu susah dicari, ternyata di Gadri Resto ada. :) makasih blogger
ReplyDelete