Wednesday, May 9, 2012

Teba House, Ubud

    Ini nih tempat kita nginep di Ubud selama dua malam. Penginapan yang sedehana namun asri. Saya dan Devi menginap di kamar Superior bertarif Rp 250 ribu semalam sedangkan yang lain di kamar Standard bertarif Rp 200 ribu semalam. Murah khaann !. Kamar superior mempunyai fasilitas dua buah single bed, AC, dengan kamar mandi di dalam. Sedangkan kamar standard fasilitasnya adalah satu buah double bed, fan, dengan kamar mandi di dalam. Kalau mau lebih detail bisa cek di webnya Teba House. Berikut foto-foto yang diambil dari webnya plus dari kamera saya.
- Kamar Superior -
  
- Kamar Standard -
- Tamannya -
         Nyaman dan tenang, bikin enak tidur deh selama nginep disini. Trus ada si Brownie, anjing kecil yang bulunya kriwil-kriwil kayak boneka. Lucu banget, sayangnya saya nggak fotoin dia. Sampai sekarang si Nita aja masih suka ngangenin Brownie hahaha. Di depan kamar juga ada meja kursi bambu buat sarapan kalo pagi atau buat ngobrol-ngobrol. Sarapannya enak, plus disediain juga air panas setermos jadi bebas mau nambah bikin teh atau kopi.
- Sarapan pagi -
 - Pose sebelum check out -
di depan kamar Superior 
      Buat yang mau jalan-jalan ke Bali dan cari penginapan murah, Teba House ini patut dicoba. Jadi pengeen ke Bali lagiii !. Beruntung ya Bali itu termasuk Indonesia, bisa kesana bolak-balik nggak pake paspor dan visa.

TEBA HOUSE
Jln. Sugriwa No.59, 
Br. Padangtegal Klod Ubud 80571,
Gianyar, Bali


Tuesday, May 8, 2012

Bakul Mbok Rabiah (bag. 2)

    Mbok Rabiah pulang dari keliling kampung berjualan kue dan lewat jalan setapak, sayup sayup ia mendengar suara orang minta tolong. Tengak tengok mencari suara itu , ketika ia melihat seorang anak di dasar jurang kecil.
''Mbook tolongin aku".
''Sebentar Le ''.
Ia mencari kayu panjang untuk menarik Sunar keluar, sunar menggapainya. Sayangnya Mbok Rabiah tak cukup kuat  untuk menariknya.
''Mbok cepet Mbok, ularnya kesini tuh..hush..hush'', Sunar berupaya mengusir ularnya.
    Mbok Rabiah mencari akal lainnya. Ia mengikatkan satu ujung selendang panjangnya pada pohon kecil di pinggir jurang, dan menjulurkan ujung satunya lagi pada Sunar.
''Ayo tangkep Le''.
''Sunar berupaya menggapainya, ''Belum sampai mbok'' ujar Sunar sambil jinjit-jinjit. ''Aduuh gimana lagi ini..ularnya jalan-jalan ini".
   Mbok Rabiah mulai mencari akal ditengok kanan kiri, dilihatnya bakul gendongannya. Jualan gorengannya hampir habis, dan dituangkannya diatas tampah dan dilemparkannya ke bawah.
"Tangkap bakulnya Le",...pluk...bakulnya mendarat di tanah.
"Buat apa Mbok?".
"Coba dibalik bakulnya, buat injekan kaki kamu".
    Bakul langsung dibalik sesuai dengan petunjuk Mbok Rabiah. Selendang itu berhasil diraih oleh Sunar. Dengan menjejakkan kaki ke dinding jurang itu Sunar perlahan naik ke tepian.
"Terima Kasih Mbok, sudah nolongin saya. Bakulnya ketinggalan dibawah tapinya".
"Ya sudah biarin. Kamu nggak apa-apa khan Le?"
"Cuma beset-beset aja", ucap Sunar sambil memperlihatkan kaki dan tangannya.
"Ya sudah cepet pulang, cepet diobati", ujar Mbok Rabiah.
Sunar pulang ke rumahnya buru-buru sembari menahan sakit dan lapar sekaligus.
     Saban hari Mbok Rabiah masih setia berkeliling kampung untuk berjualan kue-kue kecil, jajanan anak-anak. Pagi itu ketika akan berangkat menjajakan penganan, Mbok Rabiah mendapati kantong kresek hitam dicantelkan di gagang pintu depannya. Dan ditengoknya apa isi bungkusan itu, ternyata beberapa buah terung hijau.
Mbok Rabiah bersyukur sekali, " Bisa untuk di sayur lodeh nanti".
    Dalam hatinya ia keheranan sebab ini bukan pertama kalinya ia diberi bungkusan di depan rumahnya. Beberapa hari lalu, sebesek kacang tanah di letakkan di depan pintu rumah. Hatinya bertanya-tanya siapa yang berbaik hati padanya, dan diam-diam ia mendoakan agar orang tersebut selalu diberi keselamatan dan kemudahan rejeki.
     Sejak kejadian jatuh di kebun, Sunar tak lagi menjahili Mbok Rabiah. Ia merasa bersalah dulu sering mencomot kue-kue Mbok Rabiah dari belakang. Sebagai gantinya Sunar memetik sayur dan kacang dari kebun orangtuanya yang luas untuk  diberikan pada Mbok Rabiah. Namun ia menaruhnya diam-diam di depan rumah Mbok Rabiah. Sunar tak lagi berulah, ia kapok takut kualat lagi karena menjahili orang.

*lagi-lagi nama dan kisah hanya rekaan*

Bakul Mbok Rabiah (bag. 1)

      Tersebutlah di sebuah desa, tinggal Mbok Rabiah penjual keliling. Ia sudah tua hanya bertemankan cucunya yang masih sekolah. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menghidupi cucunya yang telah yatim piatu itu. Anak perempuan Mbok Rabiah meninggal ketika melahirkan, dan saat anaknya berumur tiga tahun suaminya yang nelayan ikut tenggelam bersama 3 orang warga lainnya ketika badai membalikkan kapal mereka. Dan Ranti pun diasuh oleh neneknya.
      Tiap hari Mbok Rabiah menggendong bakul dan menyunggi tampah untuk menjual jajan pasar, ada cenil, ketan urap, cucur dan gorengan. Ia melakoninya sejak anak mantunya masih ada hingga sekarang. Warga desa suka dengan jajanan jualan Mbok Rabiah, karena enak, murah dan bersih pula. akan tetapi perjuangan Mbok Rabiah bukan tanpa hambatan, ada-ada saja ulah bocah-bocah remaja yang nakal menjahili Mbok Rabiah. Anak-anak yang rata-rata lebih tinggi dari Mbok Rabiah itu, sering mencomot kue jualan yang ada di tampah dari belakang. Tentunya tanpa sepengetahuan sang penjual. terkadang Mbok Rabiah terheran-heran dan kecewa sesampainya di rumah, ketika menghitung hasil jualannya tidak seimbang dengan kue yang habis.
     Suatu saat anak itu habis main di sungai dan melihat dari kejauhan Mbok Rabiah akan melewati jalan setapak, karena itu mereka terpikir untuk iseng menjahilinya. Mereka membungkus biji karet dalam daun jati dan menaruhnya ditengah jalan. Kemudian mereka bersembunyi di balik semak untuk melihat reaksinya. Mbok Rabiah akhirnya lewat dan melihat bungkusan itu. Bungkusan itu dipungutnya. Ia berpikir mungkin itu bumbu dapur atau bungkusan ikan asin yang terjatuh dari orang yang pulang belanja atau bakul sayur yang lewat. Bungkusan itu dibukanya, terlihat raut wajahnya kecewa sekali. anak-anak itu menahan ketawa dari balik pepohonan.
     Hari itu Sunar baru saja pulang dari desa sebelah untuk menservis sepedanya, baru akan selesai dua hari lagi katanya. Karena hari sudah mulai siang dan lapar, sunar mencari jalan pintas agar cepat sampai dirumah. Terlebih lagi tadi pagi Maknya berkata akan membuat opor ayam siang ini. Tetapi ketika lewat jalan kecil di pinggir kebun kopi, tanah yang  diinjaknya longsor dan ia terpleset masuk ke jurang kecil yang ada disamping kebun.
    "Tolong..tolong..!", Sunar berusaha berteriak., tapi tak kunjung ada yang menolong. Dalam hati ia kesal kenapa tidak lewat jalan yang biasa saja., mana lapar lagi.  Huuh !. Kresek..kresek, suara gemerisik daun-daun kering bergerak-gerak. "Maaakkk!!" seketika Sunar menjerit tatkala ular kecil menyembul dari tumpukan daun kering."Aduh tolooong. Ampuun..!", Sunar ketakutan.     

- bersambung -

Thursday, May 3, 2012

Ada Macaannn !

    Siapa sih yang nggak kenal Arip, bocah yang buandelnya ampun-ampunan itu. Dia suka nakutin anak-anak yang pulang mengaji dengan menyaru seperti hantu atau main pocong-pocongan. Pada suatu malem ketahuan juga usilnya si Arip. Pas anak-anak pontang panting lari ketakutan, sialnya si Leman sarungnya kesangkut ranting pohon. Pas lagi panik nglepasin sarungnya, dia samar-samar ngelihat Arip lagi nyopot kostumnya.
   Malam ini Arip udah siap di standnya di ujung jalan buat nakutin anak-anak. Cengar cengir dia membayangkan anak-anak itu lari ketakutan. Tapi gak seperti biasanya angin dingin ini bikin agak merinding. Kali ini Arip udah siap dengan kemul sprei putih, mau main pocong-pocongan lagi. 

Tidak berapa lama terdengar suara gemerisik dari dalam semak-semak.
   "Siapa itu ??", Arip bertanya.  

Sunyi.. tak ada jawaban.
Arip kembali berbalik. Suara itu muncul lagi, malahan semakin keras.
  "Jangan iseng deh", kata Arip, 

  "Aku pentung nanti" sambil menggenggam bambu yang ada di kebun.
Karena suara itu tak kunjung berhenti, disamperinlah oleh Arip. 

Sambil menyibak semak, batang bambu pun siap dipukulkan.
Tapi  dia kaget bukan kepalang. 

Macan loreng dengan mata bersinar ada dibalik semak.
   Arip mundur terburu-buru, berbalik dan mencoba lari. Malang sarungnya tersangkut, sementara geraman macan kian mendekat. Arip memilih meninggalkan sarungnya. dan lari terbirit-birit. Dia berlari sekuat tenaga, saking takutnya tak lihat jalan. "byur" sebelah kakinya kecebur di parit dekat rumahnya. Sampai di depan rumahnya, ia masuk dan langsung tutup pintu.
   "Huaaaa !"
   "Aapa sih Rip teriak-teriak? tanya maknya
Rupanya Arip terkejut melihat emaknya yang masih memakai mukena
   "Kenapa kamu?"
   "Anu Mak. Dikejar-kejar macan"
   "Ah mana ada Macan, kamu kira di hutan"
   "Ada Mak, di belokan sana"
   "Kenapa juga kamu ada disana. Tak berangkat mengaji ke masjid?"
Arif tertunduk tak menjawab.
  "Itulah akibatnya. Kamu seharusnya belajar bersama teman-temanmu malah main-main. Diganggu jadinya. Mulai besok kamu harus sampai di masjid".
  Besok paginya, saat akan berangkat ke sekolah. Arip  menemukan sarungnya tersampir di jemuran.
  "Lha ini khan kemarin nyangkut di kebon".
   Malamnya Arip menurut kata emaknya, ia pergi mengaji ke masjid. Dia bercerita pada kawan-kawannya kalau ia melihat macan tadi malam, dan paginya sarungnya pulang sendiri.
   "Macannya ngikutin ke rumah kali Rip, nganterin sarungmu.. hahaha"
Arip pun jadi bahan ledekan anak-anak lain.
  Pulang mengaji beramai-ramai dengan anak-anak lainnya. Sesampainya dekat belokan tempat melihat macan semalam, Arip mempercepat langkahnya dan pulang duluan.
Anak-anak lain yang dibelakangnya sontak kasak-kusuk.
   "Aah bisanya nakut-nakutin, sendirinya penakut"
   "Iya sama sinar senter kecil aja takut"
   "Tapi kita berhasil bikin Arip nggak jahil lagi sama kita hahaha"
   "Iya,tapi besok kita ajak dia mengaji lagi"
   "Eh ayoo cepat jalannya, nanti ada macan beneran lagi"
   "Hiii...atuut."
   Ternyata ide macan-macanan itu hasil rembukan Leman dkk. Mereka sudah ngumpet duluan di balik semak dimana Arip suka nakut-nakutin mereka. Lengkap dengan topeng macan yang dibeli di depan sekolah mereka.



*Nama dan kisah hanyalah khayalan saya semata ;D