Mbok Rabiah pulang dari keliling kampung berjualan kue dan lewat jalan setapak, sayup sayup ia mendengar suara orang minta tolong. Tengak tengok mencari suara itu , ketika ia melihat seorang anak di dasar jurang kecil.
''Mbook tolongin aku".
''Sebentar Le ''.
Ia mencari kayu panjang untuk menarik Sunar keluar, sunar menggapainya. Sayangnya Mbok Rabiah tak cukup kuat untuk menariknya.
''Mbok cepet Mbok, ularnya kesini tuh..hush..hush'', Sunar berupaya mengusir ularnya.
Mbok Rabiah mencari akal lainnya. Ia mengikatkan satu ujung selendang panjangnya pada pohon kecil di pinggir jurang, dan menjulurkan ujung satunya lagi pada Sunar.
''Ayo tangkep Le''.
''Sunar berupaya menggapainya, ''Belum sampai mbok'' ujar Sunar sambil jinjit-jinjit. ''Aduuh gimana lagi ini..ularnya jalan-jalan ini".
Mbok Rabiah mulai mencari akal ditengok kanan kiri, dilihatnya bakul gendongannya. Jualan gorengannya hampir habis, dan dituangkannya diatas tampah dan dilemparkannya ke bawah.
"Tangkap bakulnya Le",...pluk...bakulnya mendarat di tanah.
"Buat apa Mbok?".
"Coba dibalik bakulnya, buat injekan kaki kamu".
Bakul langsung dibalik sesuai dengan petunjuk Mbok Rabiah. Selendang itu berhasil diraih oleh Sunar. Dengan menjejakkan kaki ke dinding jurang itu Sunar perlahan naik ke tepian.
"Terima Kasih Mbok, sudah nolongin saya. Bakulnya ketinggalan dibawah tapinya".
"Ya sudah biarin. Kamu nggak apa-apa khan Le?"
"Cuma beset-beset aja", ucap Sunar sambil memperlihatkan kaki dan tangannya.
"Ya sudah cepet pulang, cepet diobati", ujar Mbok Rabiah.
''Mbook tolongin aku".
''Sebentar Le ''.
Ia mencari kayu panjang untuk menarik Sunar keluar, sunar menggapainya. Sayangnya Mbok Rabiah tak cukup kuat untuk menariknya.
''Mbok cepet Mbok, ularnya kesini tuh..hush..hush'', Sunar berupaya mengusir ularnya.
Mbok Rabiah mencari akal lainnya. Ia mengikatkan satu ujung selendang panjangnya pada pohon kecil di pinggir jurang, dan menjulurkan ujung satunya lagi pada Sunar.
''Ayo tangkep Le''.
''Sunar berupaya menggapainya, ''Belum sampai mbok'' ujar Sunar sambil jinjit-jinjit. ''Aduuh gimana lagi ini..ularnya jalan-jalan ini".
Mbok Rabiah mulai mencari akal ditengok kanan kiri, dilihatnya bakul gendongannya. Jualan gorengannya hampir habis, dan dituangkannya diatas tampah dan dilemparkannya ke bawah.
"Tangkap bakulnya Le",...pluk...bakulnya mendarat di tanah.
"Buat apa Mbok?".
"Coba dibalik bakulnya, buat injekan kaki kamu".
Bakul langsung dibalik sesuai dengan petunjuk Mbok Rabiah. Selendang itu berhasil diraih oleh Sunar. Dengan menjejakkan kaki ke dinding jurang itu Sunar perlahan naik ke tepian.
"Terima Kasih Mbok, sudah nolongin saya. Bakulnya ketinggalan dibawah tapinya".
"Ya sudah biarin. Kamu nggak apa-apa khan Le?"
"Cuma beset-beset aja", ucap Sunar sambil memperlihatkan kaki dan tangannya.
"Ya sudah cepet pulang, cepet diobati", ujar Mbok Rabiah.
Sunar pulang ke rumahnya buru-buru sembari menahan sakit dan lapar sekaligus.
Saban hari Mbok Rabiah masih setia berkeliling kampung untuk berjualan kue-kue kecil, jajanan anak-anak. Pagi itu ketika akan berangkat menjajakan penganan, Mbok Rabiah mendapati kantong kresek hitam dicantelkan di gagang pintu depannya. Dan ditengoknya apa isi bungkusan itu, ternyata beberapa buah terung hijau.
Mbok Rabiah bersyukur sekali, " Bisa untuk di sayur lodeh nanti".
Dalam hatinya ia keheranan sebab ini bukan pertama kalinya ia diberi bungkusan di depan rumahnya. Beberapa hari lalu, sebesek kacang tanah di letakkan di depan pintu rumah. Hatinya bertanya-tanya siapa yang berbaik hati padanya, dan diam-diam ia mendoakan agar orang tersebut selalu diberi keselamatan dan kemudahan rejeki.
Sejak kejadian jatuh di kebun, Sunar tak lagi menjahili Mbok Rabiah. Ia merasa bersalah dulu sering mencomot kue-kue Mbok Rabiah dari belakang. Sebagai gantinya Sunar memetik sayur dan kacang dari kebun orangtuanya yang luas untuk diberikan pada Mbok Rabiah. Namun ia menaruhnya diam-diam di depan rumah Mbok Rabiah. Sunar tak lagi berulah, ia kapok takut kualat lagi karena menjahili orang.
Saban hari Mbok Rabiah masih setia berkeliling kampung untuk berjualan kue-kue kecil, jajanan anak-anak. Pagi itu ketika akan berangkat menjajakan penganan, Mbok Rabiah mendapati kantong kresek hitam dicantelkan di gagang pintu depannya. Dan ditengoknya apa isi bungkusan itu, ternyata beberapa buah terung hijau.
Mbok Rabiah bersyukur sekali, " Bisa untuk di sayur lodeh nanti".
Dalam hatinya ia keheranan sebab ini bukan pertama kalinya ia diberi bungkusan di depan rumahnya. Beberapa hari lalu, sebesek kacang tanah di letakkan di depan pintu rumah. Hatinya bertanya-tanya siapa yang berbaik hati padanya, dan diam-diam ia mendoakan agar orang tersebut selalu diberi keselamatan dan kemudahan rejeki.
Sejak kejadian jatuh di kebun, Sunar tak lagi menjahili Mbok Rabiah. Ia merasa bersalah dulu sering mencomot kue-kue Mbok Rabiah dari belakang. Sebagai gantinya Sunar memetik sayur dan kacang dari kebun orangtuanya yang luas untuk diberikan pada Mbok Rabiah. Namun ia menaruhnya diam-diam di depan rumah Mbok Rabiah. Sunar tak lagi berulah, ia kapok takut kualat lagi karena menjahili orang.
*lagi-lagi nama dan kisah hanya rekaan*
No comments:
Post a Comment