Tersebutlah di sebuah desa, tinggal Mbok Rabiah penjual keliling. Ia sudah tua hanya bertemankan cucunya yang masih sekolah. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menghidupi cucunya yang telah yatim piatu itu. Anak perempuan Mbok Rabiah meninggal ketika melahirkan, dan saat anaknya berumur tiga tahun suaminya yang nelayan ikut tenggelam bersama 3 orang warga lainnya ketika badai membalikkan kapal mereka. Dan Ranti pun diasuh oleh neneknya.
Tiap hari Mbok Rabiah menggendong bakul dan menyunggi tampah untuk menjual jajan pasar, ada cenil, ketan urap, cucur dan gorengan. Ia melakoninya sejak anak mantunya masih ada hingga sekarang. Warga desa suka dengan jajanan jualan Mbok Rabiah, karena enak, murah dan bersih pula. akan tetapi perjuangan Mbok Rabiah bukan tanpa hambatan, ada-ada saja ulah bocah-bocah remaja yang nakal menjahili Mbok Rabiah. Anak-anak yang rata-rata lebih tinggi dari Mbok Rabiah itu, sering mencomot kue jualan yang ada di tampah dari belakang. Tentunya tanpa sepengetahuan sang penjual. terkadang Mbok Rabiah terheran-heran dan kecewa sesampainya di rumah, ketika menghitung hasil jualannya tidak seimbang dengan kue yang habis.
Suatu saat anak itu habis main di sungai dan melihat dari kejauhan Mbok Rabiah akan melewati jalan setapak, karena itu mereka terpikir untuk iseng menjahilinya. Mereka membungkus biji karet dalam daun jati dan menaruhnya ditengah jalan. Kemudian mereka bersembunyi di balik semak untuk melihat reaksinya. Mbok Rabiah akhirnya lewat dan melihat bungkusan itu. Bungkusan itu dipungutnya. Ia berpikir mungkin itu bumbu dapur atau bungkusan ikan asin yang terjatuh dari orang yang pulang belanja atau bakul sayur yang lewat. Bungkusan itu dibukanya, terlihat raut wajahnya kecewa sekali. anak-anak itu menahan ketawa dari balik pepohonan.
Hari itu Sunar baru saja pulang dari desa sebelah untuk menservis sepedanya, baru akan selesai dua hari lagi katanya. Karena hari sudah mulai siang dan lapar, sunar mencari jalan pintas agar cepat sampai dirumah. Terlebih lagi tadi pagi Maknya berkata akan membuat opor ayam siang ini. Tetapi ketika lewat jalan kecil di pinggir kebun kopi, tanah yang diinjaknya longsor dan ia terpleset masuk ke jurang kecil yang ada disamping kebun.
Suatu saat anak itu habis main di sungai dan melihat dari kejauhan Mbok Rabiah akan melewati jalan setapak, karena itu mereka terpikir untuk iseng menjahilinya. Mereka membungkus biji karet dalam daun jati dan menaruhnya ditengah jalan. Kemudian mereka bersembunyi di balik semak untuk melihat reaksinya. Mbok Rabiah akhirnya lewat dan melihat bungkusan itu. Bungkusan itu dipungutnya. Ia berpikir mungkin itu bumbu dapur atau bungkusan ikan asin yang terjatuh dari orang yang pulang belanja atau bakul sayur yang lewat. Bungkusan itu dibukanya, terlihat raut wajahnya kecewa sekali. anak-anak itu menahan ketawa dari balik pepohonan.
Hari itu Sunar baru saja pulang dari desa sebelah untuk menservis sepedanya, baru akan selesai dua hari lagi katanya. Karena hari sudah mulai siang dan lapar, sunar mencari jalan pintas agar cepat sampai dirumah. Terlebih lagi tadi pagi Maknya berkata akan membuat opor ayam siang ini. Tetapi ketika lewat jalan kecil di pinggir kebun kopi, tanah yang diinjaknya longsor dan ia terpleset masuk ke jurang kecil yang ada disamping kebun.
"Tolong..tolong..!", Sunar berusaha berteriak., tapi tak kunjung ada yang menolong. Dalam hati ia kesal kenapa tidak lewat jalan yang biasa saja., mana lapar lagi. Huuh !. Kresek..kresek, suara gemerisik daun-daun kering bergerak-gerak. "Maaakkk!!" seketika Sunar menjerit tatkala ular kecil menyembul dari tumpukan daun kering."Aduh tolooong. Ampuun..!", Sunar ketakutan.
- bersambung -
No comments:
Post a Comment