Musim sudah bergeser ke musim hujan, guyuran air mulai rutin menyambangi Jakarta saban sore hari. Dampak negatif hujan sore hari adalah Macceettt !, ketika jam pulang kerja. Berhubung untuk naik angkutan umum harus terlebih dahulu naik ojek dari kantor saya, maka nunggu dulu hingga hujan agak reda. Masih hujan gerimis, jika cuaca dingin-dingin begini efek sampingnya biasanya tidak jauh dari dua hal, yaitu : ngantuk dan lapar !. Baiklah, saya tidak mengantuk tapi saya lapar... hiks hiks..
Saat mikrolet sudah melewati perempatan Jambul (dari Kalibata ke arah Dewi Sartika) naiklah seorang pemuda, yaah mungkin umurnya dibawah 20 tahun. Sepertinya habis jualan, dia menjinjing dua kantong plastik besar, satu berisi kerupuk putih dan satunya lagi berisi Opak (kerupuk dari singkong). Wah pas bener nih buat cemal-cemil...nanya-nanya dulu ah sama yang jual.
Saya : "Berapaan nih ? " (nunjuk sebungkus opak)
Sebungkus isinya 3 buah opak yang berukuran selebar piring.
Yang jualan : "Gocengan (Rp. 5.000) Teh"
Saya : (dalam hati) What??!
Yang jualan : "Ambil tiga Rp.10.000" (kayanya dia lihat ekspresi ogah-ogahan saya hehehe)
Saya : "Ah gak usah banyak-banyak, satu aja"
(sambil memilih opak)
Setelah mengambil opak, tanpa menawar saya kemudian menyerahkan selembar uang Rp.10.000 .
Yang jualan : "Ya udah, goceng dua deh"
(menyerahkan kembalian Rp. 5.000 dan sebungkus opak lagi)
Saya : (mikir) Dari Rp 5.000 , trus Rp. 3.300, terakhir jadi Rp 2.500
sebungkus. Ga ditawar aja harganya turun terus, apalagi
ditawar ya.
Jadi sebenarnya harga jual Opak sebungkus tadi pasarannya berapa sih ?!. Ada yang tahu ???.
No comments:
Post a Comment